Monday, March 28, 2011

Time Management

Time Management

"I never trust anyone who's more excited about success than about doing the thing they want to be successful at." - Randall Munroe

Friday, March 25, 2011

Young Enough to Share Bed

This is a story about an older sister and a younger sister who share bed.

The older sister had tendency to sleep very late because she's too restless every time they tucked in to bed. Sometimes, younger sister sleep very late too, because.. she just couldn't sleep at those times. The thought of being awake alone in the big bedroom the two shared scares the both of them, so they tell each other that if one of them couldn't sleep, the other will keep her company until they both tired and they can sleep together.

And that's what they did every night.

But not really.

There's this night. And this night is different. For some reason, the older sister found it very easy to fall asleep that night, and the younger sister.. well, the younger sister.. she just can sleep. The older sister remember their pact and ask the younger sister, who is half-asleep, "Hey, can you sleep?"

The younger sister answered, "No, I can't. Like usual.". She lied.

"Yeah, me too." said the older sister drowsily; clearly she didn't mean that. "Well, then let's just talk, okay?"

So they talked to each other, about things that matter and don't matter, convincing each other that they're not sleepy yet so the other can feel save until they both fall asleep, when in reality, both of them were very sleepy and couldn't wait for the other to sleep.

The night after that went like this too. Both of them want to sleep early, but they keep telling each other they couldn't sleep.

And so did the night after that.

And the night after that.

And the night after the night after that.

Until the pact between these two doesn't really matter anymore; both of them are brave enough to stay awake at night alone.

Until they forgot that they made a pact about keeping each other company when the other can't sleep.

Years later, they still sleep in the same bed. The older sister said, "Hey, do you remember that we made a pact about keeping each other company if one of us couldn't sleep when we're younger?"

"Oh, I do. Hehehe." the younger sister giggled a little.

"Yeah, that was very sweet, wasn't it?"

"It was, but I have a confession to make."

"What?"

"I lied when I said I couldn't sleep."

Unexpectedly, the older sister said, "I know. I did too, sorry." she laughed a little.

"Yeah, I know." the younger sister laughed too.

"You knew too? Then why did you still awake and talk to me?"

"I don't know, why did you?"

"...I don't know."

And then they laughed together.

Because it's really funny. If they were honest to each other, surely there are a few hours they can spend sleeping back then. But they didn't. Just because they care.



La Fin

Thursday, March 24, 2011

Asisten Rumah Tangga rani

Seperti kebanyakan rumah, rumah rani punya pengalaman dibantu oleh asisten rumah tangga. Abis ya gimana, mama sama papa kan punya kerjaan, rani sama adek rani juga sekolah. rani sama adek rani pulang sore, mama juga, papa pulang lebih lama lagi. Yang ngurus rumah siapa, pikir kami. Nggak mungkin juga Mitton disuruh ngepel sama ngasih makan ikan tiap pagi kan. Jadi kami pun punya pengalaman dibantu oleh asisten rumah tangga (ngulang), dan dari semua pengalaman dibantu oleh asisten rumah tangga yang pernah dialami rumah keluarga rani, ada yang paling mengesankan. Ini mau rani ceritain. Supaya nggak lupa. Mungkin waktu udah lebih besar rani inget supaya pilih-pilih kalo butuh asisten rumah tangga. rani udah pernah cerita ke banyak temen-temen rani lho, btw.

Mulai ya. Nggak tau ni orang umurnya berapa, tapi namanya PINO (bukan nama asli). Singkat cerita, dia memiliki kebersihan diri yang sangat buruk (sampe-sampe mama rani beliin dia perlengkapan bebersih pribadi buat dia), mengelap kaca dengan semprotan khusus kayu (yang mayan harganya dan disalahgunakan pula), membersihkan rumah dengan tidak terlalu bersih, memasak sayur yang rasanya agak mirip sabun cuci piring, mencuci baju yang tidak boleh dicuci (menghasilkan adek rani yang nangis heboh dan marah-marah), disuruh macam-macam juga nggak bisa karena kepercayaan keluarga rani sama PINO ini terlalu sedikit (rani bahkan pernah kena pecahan kaca yang membuat kaki rani berdarah, sampe-sampe rani nggak mau kamar rani dibersihin orang ini), singkat kata dia agak tidak terlalu berfungsi untuk disebut ASISTEN rumah tangga. Dan udah nggak berfungsi, dia memanfaat ketidak-berfungsiannya dengan jajan ke pasar (banyak banget jajannya astagfirullah), dia ngeblow rambut ke salon, pokoknya di mata rani dia adalah gabut dan menikmatinya.

Dan yah, ini mungkin agak kasar, dan maaf kalo ada yang tersinggung, tapi mungkin dia ini masuk ke katagori bodoh. Bukan bodoh akademis, jadi mungkin rani masukkan kategori sakit jiwa oke yang rani coret itu jahat, rani bingung juga nyebutnya apa, perasaan rani istilah bodoh itu udah terlalu baik. Mungkin lugu? Lugu yang agak kebodoh-bodohan?

Ya itulah.

Semua ketidak-berfungsian dia mengurus rumah bisa kami maklumi. Dari kami maksudnya rani dan papa rani, karena mama rani dan adek rani muak dan sekitar 2 mingguan kurang lebih udah capek dan mau orang ini pergi untuk selamanya dari rumah rani. Tapi papa rani bilang kami harus kasian sama dia karena dia nggak seberuntung kita dan kami harus ngasih dia kesempatan buat berusaha dulu. rani sih memang agak apatis ya jadi rani mau dia pergi ya silakan, nggak pergi juga... hmm.. yaudah lah. Sampai terjadi suatu peristiwa yang tidak bisa rani lupakan.

Pagi-pagi sebelum rani berangkat sekolah agak siang (mungkin lagi pekan TF atau mid test rani lupa) rani menemukan Mitton di tengah ruangan terlihat berbeda. Mungkin perasaan rani aja, tapi setelah rani liat-liat lagi, itu SAMA SEKALI BUKAN perasaan rani. Memang ada yang beda dari Mitton. Dan itu adalah kumisnya. Kumisnya. Adalah. Dicukur.

rani meledak.

(Ketawa maksudnya)

Cuma sebentar. Abis rani liat lagi, rani jadi sedih ngeliat Mitton. rani elus dan rani bingung bertahun-tahun rani sama Mitton rani nggak pernah liat Mitton wajahnya sekesian ini (mungkin pernah beberapa kali tapi rani lupa) jadi rani tanya ke Mbak PINO apakah mbak ini tau apa yang terjadi sama Mitton. Dia bilang nggak. Nggak mungkin keluarga rani ada yang nyukur Mitton, nggak ada di rumah rani yang sebodoh dan segila itu mau nyukur Mitton. Di rumah rani waktu itu ada Om A', tapi Om A' juga sayang sama Mitton dan udah sempet bertahun-tahun juga nggak pernah kejadian Mitton kumisnya dicukur. Meninggalkan tersangka Mbak ini atau orang luar. Tapi rani harus pergi jadi rani sudahi dulu. Akhirnya memang tumbuh lagi, tapi lama bener deh. Dan Mitton juga.. kasian deh pokoknya. rani malah sedih juga sempet ngetawain Mitton (walaupun waktu itu memang wajah dia udah nggak kayak kucing tapi anjing laut sangking anehnya) padahal kumis itu penting banget loh buat kucing, NGGAK BOLEH DICUKUR.

Nggak cukup kumis Mitton dicukur, rani menemukan beberapa waktu kemudian (kumis Mitton udah agak tumbuh tapi belum panjang) kalo ALIS MITTON JUGA TERCUKUR.

Percayalah, mama, papa sama adek rani nggak percaya kalo alis Mitton tercukur (nggak pernah merhatiin) tapi Mitton itu kucing rani dan rani tau Mitton punya alis dan sekarang udah nggak ada. Waktu kumis Mitton dicukur rani nggak marah. Bener. Tapi kali ini rani marah. MARAAAH banget. Dalam hati rani rani sampe bilang 'Kalo sampe ketemu orang yang nyukur Mitton, rani beneran bakal pukul orangnya sampe orangnya kesakitan!' (kurang lebih) padahal seumur-umur rani jaraaaang banget pengen mukul orang tau nggak. Itu bukti kalo rani sangat sangat marah.

Kemudian, ada yang aneh juga sama ikan di kolam dalam rumah rani (fyi di rumah rani ada dua kolam ikan satu di teras satu di dalam rumah, di luar ikan mas sama ikan lele, di dalem ikan mas yang warna-warni dan besar-besar) ikan di dalam rumah rani itu ramah-ramah loh. Mereka bakal ngedeket kalo ada orang yang mampir ke kolam. Kalo dikasih makan dari tangan mereka nggak takut dan makan dari tangan kita, bahkan rani dulu sering sengaja masukin kaki ke kolam biar dicium-cium ikan (berasa fish spa tapi ikannya segede lengan orang dewasa). Tapi tiba-tiba mereka jadi menjauh. Mereka jadi takut. Terus nggak mau lagi makan di tangan. Terus tiba-tiba mati satu. Terus mati dua. Dan berlanjut.

Ya ampun.

Papa rani sayang banget loh sama ikan-ikannya. Papa rani super sedih. Tapi waktu itu kami sekeluarga nggak suuzon, walaupun ngerasa ada hal yang sangat aneh terjadi di rumah ini.

Sampai akhirnya... ditemukan mayat ikan DIATAS POT TANAMAN.

Nggak cuma satu mayatnya, banyak (tapi nggak diatas pot semua). ANEH BANGET KAN. Menandakan apapun yang membuat ikan ini mati, ikan ini sangat syok sampe-sampe dia loncat keluar kolam. Di kolam luar rumah rani udah kayak bekas genosida. Kayak camp konsentrasi tapi ada mayatnya. Ada sisa ikan (SEDIKIT!) dan waktu itulah papa menemukan hal aneh lain lagi di pot.

Ada sambel tempe.

Di rumah rani nggak ada yang makan sambel tempe. rani karena nggak suka pedes, dan semua orang di rumah rani nggak makan itu karena rani. Menyisakan... Mbak PINO.

Papa rani meledak. Meledak banget. Marah. KALO PAPA RANI BOM BENERAN SINGAPUR TENGGELAM. Karena papa rani super sayang sama ikan-ikannya dan menemukan ikannya mati TERLONCAT sampai DITEMUKAN DIATAS POT merupakan hal yang sangat, sangat, melampaui batas.

Papa rani marah. MARAH BANGET! Padahal papa rani super jarang marah. rani bahkan nggak inget papa rani marah sebelumnya. Papa rani marah, manggil mbak Pino dan marah. Papa rani sampe bilang Mbak Poni gila, terus Mbak Poni akhirnya ngaku. MBAK PONI MENGAKUI SEMUA KEJAHATANNYA.

Mbak Poni ngelempar sambel tempe ke kolam, yang meracuni ikan-ikan di kolam rani (kecuali yang super strong: KARENA YANG STRONG PUN ADA YANG MATI) dan membuat ikan di dalam rumah trauma berat dan mati beberapa (entah apa yang dia lakukan), dan menyukur alis dan kumis Mitton. Beruntung rani lagi nggak di rumah, ato nggak hal yang rani bilang di dalam hati waktu rani marah. HUUUUFFF.

Akhirnya dia pergi. For good.

Mama rani bilang kalo mama nggak abis pikir orang itu bisa tinggal di rumah kami selama 3 bulan dengan gaji; kalo orang biasa pasti udah nyetrika punggung mbak ini dalam 2 hari. rani juga kagum kenapa rani nggak ngerasa kumis Mitton sebagai pertanda. Atau jendela rumah rani yang tidak lagi kasat mata, mirip kaca yang dipoles mentega berkat mbak ini. Atau kerjaan rumah yang nggak pernah beres. Atau seharusnya dari melihatnya aja udah keliatan nggak bisa bersihin rumah (personal hygiene helloo..) dan sebagainya. Kesabaran penghuni rumah rani benar-benar diuji.

Dan itulah. Pengalaman yang seperti ini juga memang harus dialami sama keluarga rani supaya nggak naif-naif amat kalo menerima asisten rumah tangga. Semoga kalian yang berencana punya asisten rumah tangga nggak menemukan orang ini untuk dijadikan asisten rumah tangga. Karena dia yang terparah. Di seluruh jagad raya mungkin. Jadi bersyukurlah bagi kalian yang memiliki asisten rumah tangga yang bisa diandalkan.



"Nggak nyangka kita pernah melihara penjahat di rumah ini." - Mama rani.

"Mungkin sebutan yang cocok itu ya yuk, 'Oon Si Pencukur dan Pembunuh." -Papa rani

IP[Super] Delapan 2011

Image and video hosting by TinyPic


Our house is always filled with laughter.
- Hayate the Combat Butler

Wednesday, March 23, 2011

X-D 2011

Image and video hosting by TinyPic

Image and video hosting by TinyPic

Thanks for making my first year of high school fun and enjoyable!

Wednesday, March 16, 2011

High School Rocks (kinda)

Halo semuanya! Kelas XII tahun ini tidak terlalu banyak urusan. Baru-baru ini habis ujian praktek. Ujian praktek itu seru banget deh, soalnya bisa masuk dan pulang sembarangan (dengan konsekuensi masing-masing) terus seru banget senam angkatan rani super oke deh! Di dua hari terakhir ujian praktek, semua kelas angkatan 2011 senam (kecuali aksel, aksel belum, ya tapi mari kita generalisasi dulu) dan itu keren baaaangeet menghibur, lucu-lucu banget kreatif (mau deskripsinya baca disini ya) pokoknya super nggak nyangka bakal semeriah ini. Padahal cuma senam, salut banget sama 8 2011, maksimal ngerjain papaan semoga hasil ujian-ujian lainnya sama hebohnya dengan senamnya. Ada cuplikan-cuplikannya di Youtube, tapi percayalah, itu cuma kayak PPN, 10% dari keseruannya. Senam di belahan bumi mana yang pake lawak, bawa mobil pick up, bajaj, upacara bendera, atraksi, balet, meja dan bangku, bendera-benderaan, ngecat rambut, kungfu, cowo-cowo pake joget pake pompom. Itu juga baru properti. Konsepnya juga seru-seru beuuud. Belum kostumnya. Senam pake kostum cuma di 8 deh kayaknya, nggak pake baju olahraga lagi. Kaget deh seru. Praktek yang lain juga seru sih. Praktek berbicara Bahasa Indonesia temen rani lucu-lucu deh. Ada yang jadi pembawa acara kuis tengah malam, ada yang jadi host acara yang suaranya disamarkan gitu jadi pas wawancara si interviewee nutup idung kocak banget kan. Sedih juga ujian prakteknya selesai.

Oh ya udah ya ujian prakteknya. Abis ujian praktek ujian sekolah ternyata. Sebenernya nggak terlalu tertekan-tertekan amat sih, abis seneng juga perginya agak siang pulangnya juga cepet. Bisa tidur siang terus leha-leha di rumah. Tapi nggak tau deh ntar nilainya gimana, padahal buat ijazah ya.

Sampai saat ini rasanya hidup nggak terlalu hectic. Seru sih, tapi terasa agak pengangguran. Padahal kelas XII ya tapi nggak deg-degan juga. Urat deg-degannya putus kali ya eh nggak deng mati dong kalo putus. Tapi seru banget ya, SMA. Kalo ada luang terus buka fb dan liat foto-foto (yang rata-rata foto-foto event sekolah, proker subsi dan kawan-kawan) rasanya tua masa. Terus nggak kerasa banget ya ada 2 event yang rani udah lewatin satu jadi peserta satu lagi jadi panitia. Terus sin/cos gitu deh (nggak lucu). Kerasa deh progres orang-orang. Dari rambut yang makin panjang, badan yang makin kurus/gendut (dua-duanya progres kok.. for some people), nilai yang makin bagus, dst. Progres rani juga kerasa. Dikit. Tapi dikit juga nggak papa yang penting progres. rani juga jadi tau banyak istilah loh! Kosa kata rani bertambah.

Seneng deh di 8. Solid dan semangat. Belajar banget dari segala diversitas yang ada di 8. Nggak pernah juga ngerasa minoritas biarpun IPS cuma satu. Nggak ngerasa dibeda-bedain juga antar subsi, semuanya temen regardless dia subsi apa atau kelas apa. Masalah satu komunitas rasanya masalah bersama, agak terharu juga ternyata biarpun satu dua lagi ada yang susah ternyata yang peduli banyak. Nggak tau deh tahun 2011 banyak juga lika-likunya, tradisi-tradisi baik mulai dilucuti satu persatu. Biasa nonton stripper jadi terinspirasi nih kayaknya (Jahat juga ya ngomongnya ini cuma bercanda deng walaupun marahnya serius dikit) adanya kebijakan-kebijakan yang rasanya nggak terlalu bijak udah gitu mendadak lagi padahal udah disiapin macem-macem astagfirullah.. kenapa giliran mau pergi dari sini malah dikasih kenangan-kenangan jelek deh kesel mayan nih. Di 8 rani semua sayang kecuali birokrasinya yang makin aneh terus labil kayak perawan lagi jatuh cinta. Rasanya... nggak demokrasi lagi deh. Nggak Jurdil lagi.. (berasa pemilu) terus ya pokoknya semangat aja deh ya kita semuanya 8 2011 2012 2013 guru-guru dan karyawan serta perangkat sekolah yang lain yang ngerasa. Semoga semuanya semangat, bahagia, beruntung dan banyak uangnya.

SMA itu seru. Belum keluar dari sini aja rasanya udah kangen. Hahaha. Nggak sempurna sih, tapi tetep suka gimana dong.







I thought the last day of high school would be the best day of my life until I realized what I'd be leaving. —Zack Morris, Saved By The Bell

Tuesday, March 8, 2011

So 'Now' is not real?


You know how many people out there think how life gets harder as you got older, how tiring, how complicated life is? How you can't be happy forever? And says that those who don't agree with that statement was those who haven't experienced 'real life'? Haven't seen the 'real world'?

I assume that people say this because those temporary goodness you had once when you're young won't be there anymore after you reach a particular age (or some sort) and you shall experience things... you've never experience before (like duh) and most of those things were unpleasant--or most of people thought it was--and they say that in order to warned us, young people, to be.. I don't know... prepared? Not letting our hopes up, so when the time comes we already knew that it's bound to happen. And for that matter, I also assume that if my previous assumption were right, then what they meant by "real life" is the time when you'll face those things I've mentioned in my previous statement (things that most likely will be unpleasant that you've never experienced).

So what's my problem?

It's just.. I'm tired of people saying how happiness won't last. You know what, they're right. Happiness won't last. Innocence won't last. Everything nice won't last. Because there is nothing in this earth lasts forever. So does sadness. So does guilt. So does everything wicked. They won't last. Nothing would.

So why so mad about the loss of childish goodness, when you know that this loss will be replaced by a whole new level of goodness if you try hard enough to survive and look pass the so-called-unpleasant experiences? They always point out the loss in this 'real' thing. They don't mention the gain that we'll get after we've gone through it. Okay, I'm probably being naive. It's not as easy as it said. But still, you know sadness won't last as much as happiness won't last, so why stuck with those awful things when we can just get rid of it? Why assume 'happy endings are non-existent' just because this is real? We can have our happy endings too you know. It's just not always right now and not always ever after. Like everything does.



So.. yeah. Mmm I don't even remember what I'm trying to say in the first place, but whatever happens to me now... they're pretty real.

They won't last forever. But they still real, I guess.

Saturday, March 5, 2011

I Demand Revolution!

Masa rani mau rebel deh sekali-kali. Mumpung masih muda nih mau juga ngerasain hebatnya people power, mau juga menonton mobilitas sosial besar-besaran secara langsung, mau juga terlibat dalam revolusi. Kayaknya ini progress juga sih di raninya, soalnya jarang-jarang juga kan rani mikirin yang nggak ada hubungannya sama diri sendiri? Selama ini apatis tapi nggak tau deh katalisatornya apa tiba-tiba jadi pengen. Mungkin karena lagi ngetrend? Mungkin rani tau katalisatornya apa, tapi nggak mau bilang jadi rani bilang aja nggak tau. Iya, gitu deh. Mumpung rani masih SMA, biar makin banyak kenangannya. Kalo udah jadi oma-oma bisa cerita seru deh. Sekali ini rani pengen jahat, tapi nggak papa, jahat itu dibutuhkan dalam masyarakat katanya Emile Durkheim. Lagian nggak sehat juga kalo rani baik terus, rani bisa mati.

Mmm ya, perasaan sekarang udah lumayan gede juga kan, walaupun nggak gede-gede amat, mau juga nunjukin nih orang-orang yang kerjanya belajar dikelas dan didoktrin buat dapet nilai bagus bisa juga bilang nggak kalo birokrasi udah nggak jalan dengan seharusnya, tapi rani cuma bisa bilang-bilang doang, soalnya rani nggak bisa kalo sendirian. People power itu bisa ada karena subjeknya plural, kalo nggak ada yang lain-lain mana bisa rani ngapa-ngapain. Jadi rani diam deh. Bukan karena takut, tapi karena nunggu momentum yang tepat. Rasanya rani di kader setahun juga persiapan buat ini; buat bicara atas kebenaran dan kepentingan bersama, dan nggak dibodoh-bodohi sama yang ada diatas strata. Dan rani yakin juga rani nggak sendirian! Yang lain juga mungkin banyak yang kayak rani, diam. Ada yang diam karena nunggu juga, ada yang emang apatis, ada juga yang takut. Ya tapi nggak papa deh apapun alasannya diam ya diam, ya nggak? Nggak ada yang berubah kalo cuma diam tapi rani belum nemu pilihan yang lain. rani sekarang nggak punya pengaruh, jadi rani nggak bisa mulai. Jadi rani cuma bisa nunggu deh. Kalau ternyata momentum itu lewat dan sampai akhir ternyata hasrat rani untuk hal ini tak tersalurkan... kayaknya rani bakal sedih sedikit. Sebenernya rani agak skeptis juga momennya beneran datang, tapi nggak ada salahnya kan berangan-angan? Hihihihi.


“100 orang hanya bermimpi, tetapi berikanlah aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia!” - Soekarno


p.s. rani sayang sekolah rani. Tapi.. ada tapinya.