Hiduplah seorang anak laki-laki. Ia tinggal di rumah yang sangaaat besar. Sangat besar rumah itu sampai-sampai 10 tahun dia tinggal disana ia masih tidak ingat ruangan-ruangan yang ada di rumah itu. Sangat besar sampai-sampai ia tidak perlu keluar dari situ untuk bermain. Sangat besar sampai-sampai ia malas untuk pergi dari rumahnya. Di rumahnya juga selalu tersedia semuanya kok.
Rumahnya yang besar itu kelihatan buruk sekali dari luar. Buruk. Sangat buruk. Menyeramkan dan terlihat tak berpenghuni. Nyatanya didalamnya ada seorang anak laki-laki bahagia. Seorang anak laki-laki yang tinggal dirumah yang sangat besar dan sangat menyeramkan.
Anak itu tinggal dengan banyak sekali pelayan. Tetapi satupun tidak ada yang dia ingat. Ia tidak kenal pelayan-pelayannya itu. Tapi tak mengapa. Ia juga tidak memiliki hasrat untuk mengenal mereka.
Anak lelaki itu merasa sendirian. Ia kesepian. Tapi ia juga tidak mau rasa kesepiannya ini hilang. Karena ia tahu, kalau ia berhenti merasa kesepian, berarti dia sudah pergi dari rumahnya yang besar ini. Dan ia tidak mau keluar dari rumahnya. Ia kesepian. Tetapi ia bahagia.
Padahal ia tahu kesepian itu tidak menyenangkan. Tapi dia tidak mengenal rasa yang lain. Dia takut, kalau hal yang menggantikan rasa kesepiannya itu lebih menyakitkan daripada yang sekarang ia rasakan. Dia bahagia, karena ia sadar akan hal itu, dan dia tau, biarpun ada rasa yang lebih baik dari kesepian, ia tidak merasakan apa yang lebih menyakitkan dari kesepian. Dia bahagia karena ia hanya merasa kesepian.
Selamanya ia tidak akan pergi dari rumahnya yang besar itu. Ia akan tetap di rumah yang besar dan menyeramkan, ia akan tetap tinggal bersama pelayan-pelayannya yang tidak ia kenal dan ia akan tetap merasa kesepian, dan bahagia.
No comments:
Post a Comment