Thursday, August 20, 2009

suka

Kadang saya bingung. Orang sering sekali meninterpretasikan 'suka' dengan hubungan yang romantis. Belum lama ini, ada salah seorang teman saya yang bertanya, apakah saya suka salah seorang teman saya yang lain. Tentu saja saya menjawab iya. saya suka sekali dengannya. Jika tidak tentu saya sudah lama berusaha agar sebisa mungkin tidak berinteraksi dengannya.

Teman saya, yang mungkin memiliki persepsi berbeda dengan pertanyaan tersebut tidak lama mengerti maksud saya, dan saya mengerti maksud pertanyaan dia. Hal inilah yang menyebabkan saya berpikir tentang betapa seringnya orang menginterpretasikan 'suka' dengan hubungan yang romantis.

Saya tidak berpikir tentang hal itu tentunya, karena saya lupa dan tidak juga terganggu dengan hal tersebut. Tapi, hm, sekitar hari sabtu malam kemarin, saya tiba-tiba saja terpikir dan mengirimkan pesan kepada seorang teman. Pesannya kurang lebih adalah: "Apa sih yang kamu sukai dari orang?" pesan yang salah, karena sebenarnya maksud saya bukan "apa yang ada di orang yang membuat kamu menyukainya" tetapi "orang macam apa yang kamu sukai.". perbedaannya sedikit, tetapi berbeda tentunya. sebenarnya keduanya ingin saya tanyakan.

Tapi sepertinya dia mengerti, yang saya tidak heran, karena dia sering sekali mengungkapkan apa yang ada di kepala saya tetapi tidak bisa saya ubah menjadi kata-kata. Kemudian keesokan harinya ia membalas pesan saya. Dia minta maaf karena tidak segera membalas pesan saya dan bilang kalau dia tidak tahu apa yang dia sukai dari orang. Dia juga mencantumkan bahwa, yang terpenting dia dan orang lain tersebut merasa nyaman dan tidak saling terganggu dengan keberadaan satu sama lain.

Saya senang sekali menerima jawaban darinya. Saya memang cukup.. kaget, tidak juga. Terhenyak lebih tepat. Tetapi saya senang. Dia menjawab pertanyaan saya dengan jawaban yang saya inginkan. Mungkin ini adalah salah satu yang membuat saya menyukainya juga. Saya sebenarnya ingin juga bertanya apakah dia menyukai saya tetapi saya urungkan. Bisa jadi karena saya lupa. Hahaha.

Dari jawaban itu saya rasa saya juga merasa kalau yang terpenting kalau orang yang sukai itu nyaman bersama saya dan sebaliknya. Dan saya tidak merasa terganggu dengannya dan sebaliknya. Saya setuju. Dan saya senang karena saya sependapat tentang hal tersebut. Tetapi saya tidak tahu.

Ketika saya berpikir ulang, saya mulai membedakan suka-suka saya yang lain. Seperti, saya menyukai orang-orang yang selalu membalas senyuman saya, biarpun saya tidak mengenal mereka. Saya menyukai mereka yang membalas lambaian tangan saya, dan/atau memanggil nama saya ketika berpapasan atau lewat. Saya senang ketika mereka mendengarkan saya dan didengarkan saya. Maaf, maksud saya membiarkan saya mendengar. Saya menyukai mereka yang membiarkan saya tahu tentang mereka, dan membiarkan saya berkata-kata. Saya menyukai mereka yang mempbiarkan saya tahu kesalahan saya dan membiarkan saya pula memperbaikinya. Saya menyukai mereka yang senantiasa memberikan saya pengetahuan, entah itu penting atau tidak, karena saya adalah makhluk yang berpikir. Saya menyukai mereka yang membantu saya ketika saya butuh dan membiarkan saya membantu ketika mereka butuh. Saya menyukai orang-orang yang berbaik hati kepada orang lain. Saya menyukai orang-orang yang mengasihi orang lain. Saya suka banyak sekali. terkadang yang saya sukai di setiap orang berbeda, karena mereka memang manusia yang diciptakan sempurna dan berbeda-beda oleh Penciptanya yang Maha Agung.

Ketika saya berpikir tentang kesukaan saya kepada orang itu begitu banyak, saya jadi berpikir seperti apa orang yang membuat saya lupa apa yang membuat mereka begitu berarti di hati saya. Saya jadi berpikir apakah saya merasa baik saja jika orang yang menjadi pasangan hidup saya adalah orang-orang yang saya sukai ini. Saya kemudian berpikir, apakah cinta saya kepada orang-orang ini haruslah berbeda. Karena saya mulai berpikir, mereka hanya manusia dan saya juga. Apakah mereka lebih pantas lebih dicintai karena hal yang saya sukai dari mereka lebih banyak dari yang lain? Atau tidak lebih pantas untuk saya cintai dari diri saya sendiri? Ketika saya bicara tentang kecintaan saya terhadap yang lain saya mulai berpikir, apakah saya sudah cukup pantas untuk mencintai orang, ketika kecintaan saya terhadap Tuhan saya, tidak saya ketahui berapa besar. Saya tidak tahu apakah kecintaan saya terhadap Allah lebih besar dari kecintaan saya terhadap yang lain. Saya tidak tahu. Saya merasa bingung. Saya merasa begitu naif. Saya bahkan tidak mengerti apa yang saya lebih sukai dari Tuhan saya sendiri. Adakah? Tidak adakah? Saya harap tidak, karena jika iya, itu adalah hal tertolol dan terkonyol, dan saya tahu itu.

Bukankah menyedihkan jika anda mengetahui itu buruk, dan tanpa anda sadari anda melakukannya? Na'uzubilahiminzalik.

Kembali ke topik semula.

Saya juga pernah menanyakan hal yang sama kepada tiga orang teman saya, dan mereka sempat beda persepsi dengan maksud pertanyaan saya, dan kemudian mereka menjawab bermacam-macam. Saya tidak begitu ingat. Sempat salah seorang teman saya bertanya, apakah maksud pertanyaan saya adalah "suka" atau "suka yang spesifik".

Saya mengingat hal tersebut tidak lama, kemudian saya mulai bertanya-tanya, jika saya, apakah yang ada di orang yang saya "sukai spesifik" itu? Hem. Ternyata saya jadi bingung. Dan akhirnya muncul pemikiran bahwa saya tidak akan menemukan jawabannya sampai saya bertemu dengan orang yang saya sukai spesifik itu. Ah. Sepertinya hal ini sudah saya sadari sebelumnya tetapi dalam konteks yang berbeda. Dan saya lupa. Saya rasa mereka sudah (atau sempat, atau pernah) menemukan orang-orang yang mereka sukai spesifik itu, karena itu mereka sempat beda persepsi.

Saya jadi bertanya-tanya seperti apa rasanya untuk memiliki orang yang saya sukai spesifik itu tetapi... saya pikir tidak usah. Saya rasa saya sudah senang dengan begitu banyak orang yang saya sukai dan saya tidak mau menguranginya karena yang saya sukai spesifik itu.

Ah. Sepertinya saya jadi buntu dan bingung mau menulis apa. Seperti biasa tulisan saya selalu anti-klimatik. Oh. Cerita-cerita saya juga selalu anti-klimatik. Saya rasa ini penyakit menahun yang parah. Dan saya baru saja mendapatkan penggilan nonton dari Indhra dan Firky. Aw. Seorang apa saya menolak tawaran tersebut. Dengan alasan tersebut saya akan mengakhiri tulisan ini. Hahahahahaa.

No comments: